DESAIN
ERGONOMIS TATA LETAK PERALATAN MEJA KERJA UNTUK MENULIS DAN MENGGUNAKAN
KOMPUTER
DESAIN ERGONOMIS TATA LETAK
PERALATAN MEJA KERJA UNTUK MENULIS DAN MENGGUNAKAN KOMPUTER
Afi Choirunnisak, Annisa Marta S,
Yohannes Delianto, Herni Ratna P.
Diploma Agroindustri, Sekolah
Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRAK
Antropometri merupakan ilmu yang
mempelajari tentang dimensi tubuh manusia. Anthropometri berhubungan erat
dengan ergonomi karena kondisi kerja yang ergonomis dapat dicapai dengan
menggunakan data antropometri. Dengan desain sistem kerja yang ergonomis dapat
dipastikan sistem kerja akan lebih efektif dan efisien, sehingga produktivitas
pekerja dapat meningkat. Karya Ilmiah ini merupakan hasil praktikum yang
bertujuan untuk merancang tata letak peralatan pada meja kerja staf tata usaha
dengan kegiatan menulis dan menggunakan komputer.
Work design digunakan untuk
menganalisa prinsip dan teknik guna mendapatkan rancangan sistem dan tata kerja
yang paling efektif. Perancangan ini dilakukan dengan pengumpulan data yang
meliputi ukuran panjang tangan, panjang siku, lebar bahu, dan tebal dada staf
tata usaha. Pengukuran tersebut menggunakan peralatan anthropometer.
Dengan data antropometri dapat
ditentukan desain tata letak yang ergonomis, sesuai dengan ukuran daerah kerja
normal dan daerah kerja maksimal bagi staf tata usaha. Desain tata letak yang
diperoleh, tepat dan sesuai untuk meja kerja staf tata usaha yang
mengoperasikan komputer dan menulis di atas meja yang sama. Sehingga pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan
mengurangi kelelahan kerja.
Kata Kunci : antropometri, tata letak, sistem kerja, operator
ABSTRACT
Anthropometry is the science which
studied about body dimension of human. Anthropometri and ergonomy are relate
because the ergonomic work situation can reached with anthropometry data. With
ergonomic design system can be right that work system more effectively and
efficient, so productivity of operator more increasing. This scientific article
is result our practice to design layout of work table for administration staff,
do their job to write or using computer.
Work design is used to analyse of
principles and technique to get design system and layout which most effectifely
and efficient.. This design is done with accumulate the data, such us
measurement of hand, long of elbow, wide of shoulder, and thick of chest’s
administration staff. Anthropometer are equipment to measuring of dimension of
operator’s body.
Ergonomic layout which appropriate
with dimension of work area and maximal work area can created with
anthropometri data. The result is right design of work table for operator to
operate computer or to write on the same table with ergonomic movement. So
operator feels comfortable to work and lost fatigue.
Keywords : antrhropometry, layout, work system, operator
PENDAHULUAN
Penggunaan peralatan kerja pada
suatu sistem kerja dimaksudkan untuk membantu keterbatasan manusia dalam
melaksanakan pekerjaannya sehingga akan tercapai kerja yang optimal, mutu
produk yang baik, kesalahan yang sedikit, beban kerja yang lebih ringan, dengan
resiko yang sekecil-kecilnya. Dengan demikian segala usaha untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja tersebut haruslah disesuaikan dengan kondisi dan
situasi yang di alami oleh manusianya bukan pada fasilitas atau peralatan
kerjanya. Sesuai dengan prinsip ergonomi bahwa peralatan kerja maupun faktor
kerja harus disesuaikan dengan manusia dan bukan manusia yang harus
menyesuaikan diri dengan faktor kerjanya (1).
Dalam industri, teknik perancangan
tempat kerja sangat penting dalam menunjang jalannya suatu industri.
Perencanaan tempat kerja harus memenuhi standar mutu, kenyamanan, dan keamanan
bagi pekerja atau operator. Antropometri merupakan salah satu aspek penting
untuk merancang sebuah industri karena terdiri dari keterangan-keterangan
mengenai kondisi fisik pekerja. Dengan adanya antropometri dapat dibuat tempat
kerja yang sesuai dengan bentuk badan agar tidak tegang dan terdapat keleluasaan
pekerja bergerak secara alami.
Antropometri merupakan ilmu yang
mempelajari tentang dimensi tubuh operator. Antropometri berhubungan erat
dengan ergonomi karena kondisi kerja yang ergonomis dapat dicapai dengan
menggunakan data antropometri. Dengan desain sistem kerja yang ergonomis dapat
dipastikan sistem kerja akan menjadi lebih efektif dan efisien. Perancangan
peralatan dan perancangan tata letak yang sesuai dengan tata letak antropometri
pekerja dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Antropometri
Antropometri dari bahasa Yunani antroporoc
yang berarti manusia dan asfasd yang berarti mengukur, secara literal
berarti “pengukuran manusia”, dalam antropologi fisik merujuk pada pengukuran
individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia. Kini antropometri
berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian,
ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang
distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan
produk yang optimal.
Data antropometri diperlukan agar
rancangan produk bisa sesuai dengan orang yang mengoperasikannya. Ukuran tubuh
pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual. Namun
dengan demikian persoalan akan muncul apabila situasi berubah jika lebih banyak
produk standar yang harus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang sehingga
sulit untuk menentukan ukuran individu yang akan dipilih sebagai acuan untuk
mewakili populasi yang ada mengingat ukuran individu bervariasi dalam suatu
populasi. Permasalahan tersebut dapat teratasi jika merancang produk yang
memiliki fleksibilitas dan mudah digunakan
Faktor Manusia
Istilah faktor manusia (human
factor) adalah hal yang lebih luas yang mencakup hubungan biomedical dan
psikososial pada masyarakat dalam sistem. Hal ini tidak hanya mencakup human
engineering, tetapi juga meliputi daya tahan hidup, seleksi, dan pelatihan
personel, peralatan pelatihan, penampilan kerja, pengukuran, dan evaluasi (3)
Mc Cormish dalam Bernes (1980) (4)
melakukan pendekatan faktor manusia di dalam dua bagian. Pendekatan pertama
adalah fokus utama faktor manusia berhubungan dengan pertimbangan faktor
manusia dalam desain benda dan fasilitas yang dibuat manusia, salah satu hal
dalam faktor manusia yang penting untuk diperhatikan dalam proses desain benda
atau fasilitas lainnya adalah antropometri.
Sistem Kerja
Sistem kerja sebagai kumpulan
elemen-elemen yang saling berhubungan melalui berbagai bentuk interaksi dan
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama . Sistem terbentuk atas
susunan sebagai berikut :
1. Elemen merupakan bagian operasi
sistem yang terdiri atas masukan, proses, dan keluaran.
2. Atribut merupakan sifat dari
elemen sistem yang terdiri dari sifat input, proses, atau output.
3. Hubungan adalah keterkaitan
antara elemen dengan atribut sistem.
Sistem kerja merupakan kumpulan
elemen-elemen suatu sistem yang berasal dari luar diri pekerja, sangat
mempengaruhi kerja dan hasil kerja manusia. Cakupan sistem kerja ini cukup luas
meliputi: keseluruhan proses produksi dan lingkungan sekelilingnya
Studi Gerakan
Studi gerakan adalah suatu studi
untuk menganalisis gerakan-gerakan yang dilakukan oleh para pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan agar gerakan-gerakan
yang tidak efektif dapat dikurangi atau dihilangkan saja sehingga akan
diperoleh penghematan dalam waktu kerja yang dapat pula menghemat pemakaian
fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan tersebut.
Prinsip ergonomis gerakan, faktor
manusia, dan pekerjaannya sangat penting untuk dipelajari karena yang diinginkan
oleh prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah kenyamanan dalam bekerja
tetapi dalam produktivitas yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan
mempelajari kemampuan dan keterbatasan-keterbatasan manusia dalam bekerja.
Menurut Nurmiantoro dkk (2003) (6), prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Prinsip ergonomis gerakan
dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakan -gerakannya saja.
2. Prinsip ergonomis gerakan
dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat kerja.
3. Prinsip ergonomis gerakan
dihubungkan dengan perancangan peralatan.
Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu yang menemukan
dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan
karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan, sistem kerja, dan
lingkungan yang produktif, aman, nyaman dan efektif bagi manusia. Ergonomi
merupakan cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai
sifat manusia, kemampuan manusia dan keterbatasannya untuk merancang suatu
sistem kerja yang baik agar tujuan dapat dicapai dengan efektif, aman, dan
nyaman (7).
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
adanya pengetahuan tentang kesesuaian, kepresisian, keselamatan, keamanan, dan
kenyamanan manusia dalam menggunakan hasil produk desain yang kemudian
dikembangkan dalam penyelidikan di bidang ergonomis. Penyelidikan ergonomis
dibedakan menjadi :
1. Penyelidikan tentang
tampilan/display
Penyelidikan pada suatu perangkat
(interface) yang menyajikan informasi tentang lingkungan dan
mengkomunikasikannya pada manusia antara lain dalam bentuk tanda-tanda, angka,
dan lambang.
2. Penyelidikan tentang ukuran
tempat kerja
Penyelidikan ini bertujuan untuk
mendapatkan perancangan tempat kerja yang sesuai dengan ukuran atau dimensi
tubuh manusia.
METODOLOGI PENELITIAN
Obyek penelitian
Obyek yang diukur adalah pekerja
staf tata usaha yang bekerja di sekretariat DIII Agroindustri. Staf tata usaha
yang diukur, satu orang berjenis kelamin laki laki dengan umur sekitar 25 tahun
dan dua orang berjenis kelamin perempuan umur sekitar 23 tahun.
Alat yang Digunakan
Percobaan penelitian ini dilakukan
di laboratorium Sistem Produksi Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran antropometri
antara lain adalah untuk mengukur panjang tangan, panjang siku, lebar bahu dan
ketebalan dada dengan menggunakan penggaris, meteran, dan alat pengukur
ketebalan dada yang berskala centimeter.
Metode Pelaksanaan
Study ini dimulai dengan mengukur
data antropometri pekerja yang bersangkutan meliputi panjang tangan, lebar bahu,
tebal dada dengan menggunakan alat ukur anthropometer. Data yang diperoleh
divisualisasikan kedalam sebuah tabel sebagai data awal. Selanjutnya menghitung
rata- rata dari data baik panjang tangan, panjang siku, tebal dada dari data
yang sudah ada. Standar deviasi dari masing masing bagian yang diukur, dihitung
dan kemudian menghitung persentil 5% dari masing masing bagian. Persentil 5
digunakan untuk menunjukkan batas bawah desain agar hanya 5% dari populasi yang
tidak mampu menjangkau letak peralatan secara ergonomis. Ukuran ini digunakan
untuk mengakomodir individu ekstrim yang berukuran tubuh minimum.
Langkah selanjutnya mengidentifikasi
peralatan kerja di atas meja kerja pekerja, dan mengukur dimensi alat-alat yang
digunakan. Dalam desain tata letak awal ini akan diplotkan area kerja normal
dan area kerja maksimal pekerja, untuk menilai keergonomisan kerja pekerja.
Setelah dilakukan analisis, selanjutnya akan dirancang desain tata letak
peralatan kerja yang sesuai dengan data anthropometri pekerja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data antropometri pekerja kantor
diperlukan sebagai dasar dalam menentukan dimensi meja kerja. Data antropometri
pekerja yang dilakukan pengukuran untuk perancangan meja kantor adalah
jangkauan tangan maksimal, panjang siku- ujung jari, lebar bahu, tebal dada.
Data tersebut kemudian dihitung rata-rata dari masing-masing dimensi
antropometri. Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan aplikasi data
antropometri, tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang tidak terdapat
pada data statis. Dalam perancangan areal atau stasiun kerja dalam industri,
ada beberapa aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan antara lain sikap dan
posisi kerja.
Untuk menghindari sikap dan posisi
kerja yang tidak nyaman ini, pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain
menyarankan hal seperti mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan sikap
dan posisi membungkuk atau menyamping dengan frekuensi kegiatan yang sering
atau jangka waktu yang lama. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak
jangkauan maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini
dilakukan dalam jarak jangkauan normal. Pekerja tidak seharusnya duduk pada
saat bekerja dalam waktu yang lama dengan kepala, leher, punggung berada dalam
sikap atau posisi miring. Pekerja tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam
frekuensi atau periode waktu yang lama dengan posisi kerja yang tidak
ergonomis.
Persyaratan ergonomis mensyaratkan
agar peralatan kerja dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang
menggunakannya khusus yang menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dimensi ruang kerja
akan dipengaruhi oleh 2 hal pokok yaitu situasi fisik atau situasi kerja yang
ada. Meskipun pekerja yang sehat sudah diseleksi secara ketat dan diharapkan
akan mampu beradaptasi dangan situasi dan kondisi lingkungan fisik kerja yang
bervariasi dalam hal temperatur, kelembaban, getaran, kebisingan dan lain
sebagainya, akan tetapi stress akibat kondisi lingkungan fisik kerja akan terus
berakumulasi. Perancangan sistem kerja harus memperhatikan prosedur-prosedur
untuk mengekonomisasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki
efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja.
Table 1. Data Antrophometri Pekerja
No.
|
Dimensi Anthropometri
|
Pekerja TU
|
Xrata-rata
|
||
A
|
C
|
||||
1.
|
Jangkauan tangan maksimal
|
71
|
70
|
82
|
74,33333
|
2.
|
Panjang Siku - Ujung Jari
|
45
|
43,2
|
47
|
45,06667
|
3.
|
Lebar Bahu
|
35
|
36,5
|
40
|
37,16667
|
4.
|
Tebal Dada
|
19,5
|
17,5
|
16,1
|
17,7
|
Keterangan : A dan B : pekerja tata
usaha wanita
C : pekerja tata usaha pria
Tabel 1 merupakan data antropometri
staf tata usaha D III Agorindustri. Hal lain yang harus diperhatikan adalah
kelelahan dan kebosanan. Kelelahan diartikan dengan menurunnya efisiensi dan
berkurangnya kekuatan untuk bertahan melakukan pekerjaannya. Beberapa tipe
kelelahan yang mungkin terjadi adalah lebih disebabkan oleh ketegangan fisik di
semua organ, kerja mental lewat satu sisi dari fungsi yang menjemukan. Kerja
yang monoton atau karena kerja yang menjemukan dan jumlah faktor yang terus
menerus membuat lelah.
Data yang diperoleh dirata-ratakan
karena diharapkan akan didapatkan desain rancangan yang dapat digunakan secara
umum. Jangkauan tangan maksimal digunakan untuk menentukan jarak maksimal letak
objek kerja. Dengan demikian pekerja kantor dapat mencapainya dengan mudah.
Panjang siku- ujung jari digunakan untuk menentukan daerah normal atau daerah
kerja untuk pekerja. Lebar bahu digunakan untuk
menentukan titik dari jangkauan tangan dan daerah normal. Tebal dada digunakan
untuk mengetahui jarak antara meja dengan tubuh manusia. Setelah data
antropometri diperoleh selanjutnya ditentukan standar deviasi untuk setiap
dimensi antropometri. Simpangan baku atau deviasi standar adalah ukuran
sebaran statistik yang paling lazim. Standar deviasi atau SD dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
dengan;
SD = Standar Deviasi
n = Jumlah sampel
= Data dimensi yang diukur
x = Rata- rata
Dari rumus tersebut didapat data
perhitungan standar deviasi. Data standar deviasi tersebut (Tabel 2)
selanjutnya digunakan dalam perhitungan persentil.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Standar
Deviasi
No.
|
Dimensi Anthropometri
|
(- x)²
|
SD
|
1.
|
Jangkauan tangan maksimal
|
88.66667
|
6.658328
|
2.
|
Panjang Siku - Ujung Jari
|
7.226667
|
1,900877
|
3.
|
Lebar Bahu
|
13.16667
|
2,565801
|
4.
|
Tebal Dada
|
5.84
|
1,708801
|
Perhitungan persentil sangat erat
kaitannya dengan desain tata letak. Dengan adanya persentil dapat ditentukan
jangkauan dalam menjangkau peralatan yang terletak pada meja yang digunakan
pekerja untuk melakukan aktivitasnya. Persentil yang akan digunakan adalah
persentil 5 yang akan menentukan jangkauan pekerja yang memiliki ukuran dari
ukuran rata- rata sehingga dapat menjangkau daerah tersebut. Persentil
dilambangkan dengan C, digunakan untuk menunjukkan batas desain agar dapat
nyaman untuk bekerja melakukan aktivitasnya. Persentil adalah nilai yang
membagi gugus data yang telah tersortir (ascending) menjadi 100 bagian
yang sama besar. Persentil dihitung dengan menggunakan rumus (2). Tabel 3
menunjukkan data perhitungan persentil.
C1 = 5 = x - 1,64 SD (2)
dengan;
x = Rata- rata
SD = Standar deviasi
Tabel 3. Data Perhitungan Persentil
5
Dimensi Anthropometri
|
Jangkauan tangan maksimal
|
Panjang Siku - Uju ng Jari
|
Lebar Bahu
|
Tebal Dada
|
persentil 5
|
63,4137
|
41,9492
|
32,9588
|
14,8976
|
Pemilihan persentil 5 diharapkan
semua dimensi antropometri yang diukur dapat menjangkau ukuran yang dapat
dikatakan ekstrim kecil. Dari data perhitungan persentil tersebut kemudian
dapat melakukan perancangan tata letak dengan berbagai alat penunjang seperti
terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Bahan
No.
|
Alat
|
Lebar
|
Lebar 1 : 10
|
Panjang
|
Panjang 1 : 10
|
1.
|
Meja
|
50
|
5
|
150
|
15
|
2.
|
Monitor
|
35
|
3,5
|
37.5
|
3,75
|
3.
|
CPU
|
18
|
1,8
|
43
|
4,3
|
4.
|
Keyboard
|
16
|
1,6
|
46
|
4,6
|
5.
|
Area Mouse
|
19
|
1,9
|
23
|
2,3
|
6.
|
Printer
|
20
|
2
|
36
|
3,6
|
7.
|
Speaker
|
8
|
0,8
|
9
|
0,9
|
8.
|
Tempat Pensil
|
8
|
0,8
|
9
|
0,9
|
9.
|
Tumpukan buku
|
18
|
1,8
|
26
|
2,6
|
10.
|
Tumpukan kertas
|
25
|
2,5
|
36
|
3,6
|
Dari perhitungan tersebut kemudian
dilakukan perancangan desain tata letak peralatan dengan membandingkan antara
bekerja dengan menggunakan komputer dan menggunakan manual. Perbedaan antara
kedua desain tersebut adalah penyusunan peralatan yang dianggap paling
prioritas digunakan. Setelah mengkaji ulang permasalahan tersebut ternyata staf
tata usaha di program Diploma Agroindustri lebih sering menggunakan komputer
sehingga desain tata letak menggunakan komputer (Gambar 3) lebih mempunyai
efektifitas tinggi dari pada desain untuk bekerja dengan manual/menulis (Gambar
4).
Dimensi-dimensi fungsional diperoleh
dengan cara pengukuran langsung dari pada data statis. Misalnya, gerakan
menjangkau, mengambil sesuatu, mengoperasikan suatu alat adalah suatu hal yang
sukar untuk didefinisikan.
a. Daerah kerja horizontal
Daerah normal ditandai dengan lengan
bawah yang berputar pada bidang horizontal dengan siku tetap, sedangkan daerah
maksimum ditandai dengan lengan di rentangkan keluar dan diputar sekitar bahu.
b. Ketinggian permukaan kerja dari
atas lantai
Ada dua macam dasar untuk menentukan
ketinggian permukaan kerja :
1. meja yang tepat untuk bekerja
sambil duduk
2. meja yang disesuaikan hanya untuk
pekerjaan sambil duduk.
Gambar 3. Tata Letak Peralatan Meja
Kerja Untuk Pekerjaan Komputer
Pada Gambar 4 terlihat garis
lengkung kecil dan besar yang menunjukkan area kerja normal dan maksimal
pekerja. Area kerja normal merupakan area kerja yang digunakan untuk bekerja,
sehingga seluruh peralatan kerja utama harus ada dalam area ini seperti
keyboard, mouse, permukaan layar monitor. Sedangkan untuk peralatan penunjang
yang tidak utama, dimasukkan dalam area kerja maksimal, seperti CPU, printer,
speaker, tumpukan kertas. Dalam area ini, tangan cukup untuk menjangkau saja.
Berbeda dengan pekerjaan menggunakan komputer, untuk bekerja secara manual
(menulis), peralatan yang diperlukan dalam area kerja normal adalah buku,
tumpukan kertas, dan tempat pensil. Peralatan yang lain merupakan peralatan
penunjang sehingga diletakkan dalam area kerja maksimal (Gambar 3).
Gambar 4. Tata Letak Peralatan Meja
Kerja Untuk Pekerjaan Menulis
Peralatan kerja penunjang
berbeda-beda untuk setiap jenis pekerjaan dan setiap pekerja. Untuk itu hasil
rancangan yang diperoleh sangat spesifik untuk pekerja staf tata usaha D III
Agroindustri. Akan tetapi dimensi area kerja normal dan maksimal yang digambarkan
dengan garis lengkung di Gambar 3 dan 4 dapat digunakan secara umum untuk
seluruh pekerja yang data antropometrinya sesuai. Jika disadari bahwa
perancangan suatu produk juga dilakukan oleh manusia, maka perancangan sistem
manusia-mesin juga tidak lepas dari faktor-faktor manusia karena sebagian dari
kesalahan-kesalahan kerja yang terjadi disebabkan oleh rancangan produk yang
tidak mempunyai kompatibilitas dengan manusia yang menanganinya. Karena itu
seorang perancang produk mempunyai peran besar dalam mengurangi risiko bahaya
akibat kesalahan kerja.
Memang kesalahan adalah manusiawi,
tetapi penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa kesalahan manusia banyak
disebabkan kesalahan rancangan produk. Ini menunjukkan bahwa kesalahan manusia
berawal pada perancangannya yang ‘tidak manusiawi’ dan berakibat pada tahap
pemakaiannya sebagaimana juga pada perawatannya. Mengingat perancangan tata
letak peralatan sangat berhubungan dengan kenyamanan, dan tingkat kebosanan,
maka diharapkan dengan menggunakan desain tata letak yang sesuai, kenyamanan
kerja dapat dicapai dan kebosanan dapat ditekan. S istem kerja dengan
memperhatikan postur kerja dan metode kerja yang baik dapat menekan terjadinya
kelelahan dan kebosanan pada diri pekerja.
KESIMPULAN
Telah diperoleh dua desain tata
letak peralatan kerja yang ergonomis bagi staf tata usaha di program D III
Agroindustri, yaitu desain untuk bekerja menggunakan komputer dan manual untuk
menulis. Desain yang diterapkan sebaiknya disesuaikan dengan tugas utama
pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Sutalaksana, IZ. Ruhana A. dan
John, H.T. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Jurusan Teknik Industri ITB; 1979.
(2) Pheasant,S.T. Antropometri
Ergonomics and Design. London : Thylor and Francis; 1988.
(3) Huchingson, R. Dale.New Horizons
for Human Factor in Design. Mc Graw Hill Inc USA; 1981
(4) Barnes, R.M. Motion and Times
Study. John Willey and Sons, Singapore; 1980
(5) Madyana, A.M. Analisis
Perancangan Kerja dan Ergonomi. Yogyakarta : Fakultas Teknik Industri ,
Universitas Atmajaya Yogyakarta; 1996.
(6) Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep
Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama. Jakarta : Guna Widya; 2003.
(7) Sastrowinoto. Meningkatkan
Produktivitas dengan Ergnomi. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindom; 1985.