Rabu, 17 Oktober 2012

ETIKA PROFESI TEKNIK INDUSTRI


ETIKA PROFESI DALAM BIDANG TEKNIK INDUSTRI

Definisi Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan/tugas yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”.  Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.

Etika Profesi
Sebelum Membahas mengenai etika Profesi alangkah baiknya kita bahas dulu apa yang dimaksud dengan etika:
Etika adalah: Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasaYunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atauadat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengankonsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip prinsip moralyang ada. pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang  secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang  disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi  saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang  tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang  berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang  berarti norma-norma, nilai-nilai,  kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini: Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalamhidupnya.

Ada dua macam etika yang  harus dipahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia:
·       ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
·       ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang  bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

Kode Etik Professi
Kode, yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupakata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.
Kode etik, yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari- hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Menurut UU NO. 8 (Pokok-pokok Kepegawaian) Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan  perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh tertua adalah: SUMPAH HIPOKRATES yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter.
Hipokrates adalah doktren Yunani kuno yang digelari:  BAPAK ILMU KEDOKTERAN. Beliau hidup dalam abad ke- 5 SM. Menurut ahli-ahli sejarah belum tentu sumpah ini merupakan buah pena Hipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal dari kalangan murid-muridnya dan meneruskan semangat profesional yang diwariskan oleh dokter Yunani ini.

Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika
·       Kebutuhan individu.
·       Korupsi alasan ekonomi.
·       Tidak ada pedoman.
·       Area “abu-abu”, sehingga tak ada panduan.
·       Perilaku dan kebiasaan individu.
·       Kebiasaan yang terakumulasi tak dikoreksi.
·       Lingkungan tidak etis.
·       Pengaruh dari komunitas.
·       Perilaku orang yang ditiru.
·       Efek primordialisme yang kebablasan.

Sangsi Pelanggaran Etika
·       Sanksi Sosial
Skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat “dimaafkan”.
·       Sanksi Hukum
Skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum pidana menempati prioritas utama, diikuti oleh hukum Perdata.

Seorang pelaku profesi harus memiliki sifat – sifat berikut:
1.    Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya.
2.    Mampu mengkonversi ilmu menjadi keterampilan.
3.    Menjunjung tinggi etika dan integritas profesi
Profesional adalah orang yang menjalankan profesinya secara benar menurut nilai-nilai normal. Untuk menjadi orang yang professional, diperlukan : komitmen, tanggung jawab, kejujuran, sistematik berfikir, penguasaan materi, menjadi bagian masyarakat professional.

Peranan Etika Profesi dalam Bidang Teknik Industri
Banyak orang yang salah menginterpretasikan pengertian tentang teknik industri. Istilah “industri” dalam berbagai kasus sering dilihat dalam kaca-mata sempit sebagai “pabrik” yang banyak bergelut dengan aktivitas manufakturing. Meskipun secara historis perkembangan profesi teknik industri berangkat dari disiplin teknik mesin (produksi) dan terutama sekali sangat erat kaitannya dengan proses manufakturing produk dalam sebuah proses transformasi fisik; disiplin teknik industri telah berkembang luas dalam beberapa dekade terakhir ini. Sesuai dengan “nature”-nya, industri bisa diklasifikasikan secara luas yaitu mulai dari industri yang menghasilkan produk-barang fisik (manufaktur) sampai ke produk-jasa (service) yang non-fisik. Industri juga bisa kita bentangkan dalam pola aliran hulu-hilir sampai ke skala kecil-menengah-besar. Demikian juga problematika yang dihadapi oleh industri (yang kemudian menjadi fokus kajian disiplin teknik industri) bisa terfokus dalam ruang lingkup mikro (lantai produksi) dan terus melebar luas mengarah ke problematika manajemen produksi (perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian dan pengendalian sistem produksi) yang harus memperhatikan sistem lingkungan (aspek politik-sosial-ekonomi-budaya maupun hankam) dalam setiap langkah pengambilan keputusan berdimensi strategik. 
`Disiplin Teknik Industri melihat setiap persoalan dengan metode pendekatan sistem dimana segala keputusan yang diambil juga selalu didasarkan pada aspek teknis (engineering area) dan aspek non-teknis. Wawasan “Tekno-Sosio-Ekonomi” akan mewarnai penyusunan kurikulum pendidikan teknik industri dan merupakan karakteristik yang khas yang menggambarkan ciri keunggulan serta membedakan disiplin ini dengan disiplin-disiplin keteknikan yang lainnya. Sebegitu luas ruang lingkup yang bisa yang bisa digapai oleh profesi teknik industri seringkali membuat kesulitan tersendiri didalam memberikan identitas yang jelas dan tegas mengenai apa yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh profesi ini. Disiplin teknik industri pada hakekatnya bisa dikelompokkan kedalam tiga topik besar permasalahan yang dijumpai di industri yang selanjutnya bisa dipakai sebagai landasan utama pengembangan disiplin ini; yaitu pertama, berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Disini akan menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi (seringkali juga disebut sebagai proses nilai tambah) dan aliran material yang berlangsung dalam sistem produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan aliran distribusi dari produk akhir (output) menuju ke konsumen. Topik kedua berkaitan dengan dinamika aliran informasi. Persoalan pokok yang ditelaah dalam hal ini menyangkut aliran informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan manajemen khususnya dalam skala operasional. Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi agregat, pengendalian kualitas, dan berbagai macam problem manajemen produksi/operasional akan merupakan kajian pokoknya. Selanjutnya topik ketiga cenderung membawa disiplin teknik industri ini untuk bergerak kearah persoalan-persoalan yang bersifat makro-strategis. Persoalan yang dihadapi sudah tidak lagi bersangkut-paut dengan persoalan-persoalan yang timbul di lini aktivitas produksi ataupun manajemen produksi melainkan terus melebar ke persoalan sistem produksi/industri dan sistem lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap industri itu sendiri. Topik ketiga ini cenderung membawa disiplin teknik industri untuk menjauhi persoalan-persoalan teknis (deterministik-fisik-kuantitatif) yang umum dijumpai di lini produksi (topik pertama) dan lebih banyak bergelut dengan persoalan non-teknis (stokastik-abstraktif-kualitatif). Berhadapan dengan problematika yang kompleks, multi-variable dan/atau multi-dimensi; maka disiplin teknik industri akan memerlukan dasar kuat (dalam bidang keilmuan matematika, fisika, maupun sosial-ekonomi) untuk bisa memodelkan, mensimulasikan dan mengoptimasikan persoalan-persoalan yang harus dicarikan solusinya. 
Begitu luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri jelas akan membawa persoalan tersendiri bagi profesional teknik industri pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat “what should we do and where should we work” ? Pertanyaan ini jelas tidak mudah untuk dijawab secara memuaskan oleh mereka yang masih awam dengan keilmuan teknik industri. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang profesional teknik industri sering dijumpai berada dan “sukses” bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke lini manajerial. Seorang professional teknik industri seringkali membanggakan kompetensinya dalam berbagai hal mulai dari proses perancangan produk, perancangan tata-cara kerja sampai dengan mengembangkan konsep-konsep strategis untuk mengembangkan kinerja industri. Seorang professional teknik industri akan bisa menunjukkan cara bekerja yang lebih baik, lebih cerdik, lebih produktif, dan lebih berkualitas. Seorang profesional teknik industri bisa diharapkan sebagai “problem solver” untuk membuat sistem produksi bisa dioperasikan dan dikendalikan secara lebih efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien. Untuk itu eliminasi berbagai hal yang bersifat kontra-produktif seperti pemborosan waktu, uang, material, enersi dan komoditas lainnya merupakan fokus utama yang harus dikerjakan. 
Dengan mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000, maka seorang profesional Teknik Industri tidak saja harus menguasai kepakaran (hard-skill)Teknik Industri; tetapi juga harus memiliki wawasan, pemahaman, dan kemampuan/kompetensi lainnya (soft-skill) seperti (a) kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (organisasi), (b) pemahaman tentang tanggung jawab sosial dan etika profesi, (c) kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, (d) kesadaran lingkungan (alam maupun sosial), (e) kepekaan tinggi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi menyangkut berbagai macam isue kontemporer, aktual maupun situasional dan (f) kemampuan berorganisasi, manajemen dan leadership, dan sebagainya. Berdasarkan ABET Engineering Criteria 2000 tersebut, seorang profesional Teknik Industri tidak saja diharapkan akan memiliki kemampuan akademis dan kompetensi profesi keinsinyuran (engineering) yang baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan kepekaan terhadap segala permasalahan yang ada di industri maupun masyarakat. 
Guna mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan kompleks, maka disiplin teknik industri telah menunjukkan banyak perubahan maupun penyesuaian dengan arah perkembangan yang ada. Adanya kehendak untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan disisi lain harus diikuti pula dengan keinginan untuk menekan biaya produksi (costs reduction program) serta waktu penyampaian barang (time delivery) secara tepat waktu merupakan langkah-langkah strategis yang harus dipikirkan oleh profesi teknik industri agar bisa meningkatkan daya saing perusahaan. Selain itu ruang lingkup pasar tidak lagi harus bersaing di tingkat lokal (nasional) melainkan mengarah ke tingkat persaingan pasar global. Perubahan tantangan yang dihadapi oleh dunia industri jelas sekali juga akan membawa perubahan pada fungsi dan peran yang harus bisa dimainkan oleh disiplin teknik industri. Kalau pada awalnya profesi teknik industri secara tradisional mengurusi persoalan-persoalan di tingkat pengendalian operasional (manajemen produksi) seperti perancangan-perancangan tata-letak mesin, tata-cara kerja, sistem manusia-mesin (ergonomi) dan penetapan standard-standard kerja; maka dalam beberapa dekade terakhir ini profesi teknik industri lebih banyak dilibatkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan perencanaan strategis dan pengambilan keputusan pada tingkat manajemen puncak. Persoalan yang dihadapi oleh profesi teknik industri tidak lagi dibatasi dalam skala kecil (mikro) melainkan berkembang ke skala besar (makro). Sebagai contoh kalau awalnya studi pengukuran kerja lebih difokuskan ke skala stasiun kerja sekedar mendapatkan standard-standard (waktu, output ataupun upah) kerja untuk merealisasikan konsep “the fair day’s pay for the fair day’s work”; maka peran profesi teknik industri modern belakangan ini banyak diperlukan untuk melakukan pengukuran produktivitas dan kinerja makro organisasi-perusahaan guna menilai sehat tidaknya kondisi industri tersebut. 
Ditengah-tengah keterpurukan industri nasional (baik yang bergerak di sektor manufaktur maupun jasa) didalam menghadapi persaingan global; disiplin teknik industri sudah sepatutnya mengambil peluang ini dengan menunjukkan letak keunggulan disiplin teknik industri dibandingkan dengan disiplin keteknikan maupun keilmuan yang lain untuk memberi solusi-solusi yang lebih cerdas. Tantangan maupun ancaman yang menimpa industri nasional justru membuka peluang lebih besar bagi disiplin teknik industri untuk melakukan penelitian-penelitian baik berupa penelitian dasar (fundamental research), penelitian terapan (applied research), ataupun penelitian tindakan/pesanan (action research). Cukup banyak kasus yang bisa ditarik dari situasi dan kondisi yang terjadi di industri nasional yang memberi banyak peluang bagi kita untuk mengaplikasikan semua “IE’s tools” yang kita miliki guna memberikan analisa dan jawaban konkrit. Karakteristik disiplin teknik industri yang menekankan model pendekatan sistemik, holistik, serta komprehensif-integral akan sangat efektif untuk menyelesaikan persoalan-persoalan industri yang memiliki spektrum luas dari ranah mikro (teknis-operasional) sampai ke makro (sosial-ekonomis-lingkungan).

Sumber:
2.    http://tulangkering.freehostia.com/pengertian-profesi-dan-etika-profesi-it.html

Minggu, 29 Juli 2012

desain argonomi


DESAIN ERGONOMIS TATA LETAK PERALATAN MEJA KERJA UNTUK MENULIS DAN MENGGUNAKAN KOMPUTER 

DESAIN ERGONOMIS TATA LETAK PERALATAN MEJA KERJA UNTUK MENULIS DAN MENGGUNAKAN KOMPUTER

Afi Choirunnisak, Annisa Marta S, Yohannes Delianto, Herni Ratna P.
Diploma Agroindustri, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK
Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari tentang dimensi tubuh manusia. Anthropometri berhubungan erat dengan ergonomi karena kondisi kerja yang ergonomis dapat dicapai dengan menggunakan data antropometri. Dengan desain sistem kerja yang ergonomis dapat dipastikan sistem kerja akan lebih efektif dan efisien, sehingga produktivitas pekerja dapat meningkat. Karya Ilmiah ini merupakan hasil praktikum yang bertujuan untuk merancang tata letak peralatan pada meja kerja staf tata usaha dengan kegiatan menulis dan menggunakan komputer.
Work design digunakan untuk menganalisa prinsip dan teknik guna mendapatkan rancangan sistem dan tata kerja yang paling efektif. Perancangan ini dilakukan dengan pengumpulan data yang meliputi ukuran panjang tangan, panjang siku, lebar bahu, dan tebal dada staf tata usaha. Pengukuran tersebut menggunakan peralatan anthropometer.
Dengan data antropometri dapat ditentukan desain tata letak yang ergonomis, sesuai dengan ukuran daerah kerja normal dan daerah kerja maksimal bagi staf tata usaha. Desain tata letak yang diperoleh, tepat dan sesuai untuk meja kerja staf tata usaha yang mengoperasikan komputer dan menulis di atas meja yang sama. Sehingga pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan mengurangi kelelahan kerja.
Kata Kunci : antropometri, tata letak, sistem kerja, operator

ABSTRACT
Anthropometry is the science which studied about body dimension of human. Anthropometri and ergonomy are relate because the ergonomic work situation can reached with anthropometry data. With ergonomic design system can be right that work system more effectively and efficient, so productivity of operator more increasing. This scientific article is result our practice to design layout of work table for administration staff, do their job to write or using computer.
Work design is used to analyse of principles and technique to get design system and layout which most effectifely and efficient.. This design is done with accumulate the data, such us measurement of hand, long of elbow, wide of shoulder, and thick of chest’s administration staff. Anthropometer are equipment to measuring of dimension of operator’s body.
Ergonomic layout which appropriate with dimension of work area and maximal work area can created with anthropometri data. The result is right design of work table for operator to operate computer or to write on the same table with ergonomic movement. So operator feels comfortable to work and lost fatigue.
Keywords : antrhropometry, layout, work system, operator
PENDAHULUAN
Penggunaan peralatan kerja pada suatu sistem kerja dimaksudkan untuk membantu keterbatasan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga akan tercapai kerja yang optimal, mutu produk yang baik, kesalahan yang sedikit, beban kerja yang lebih ringan, dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Dengan demikian segala usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja tersebut haruslah disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang di alami oleh manusianya bukan pada fasilitas atau peralatan kerjanya. Sesuai dengan prinsip ergonomi bahwa peralatan kerja maupun faktor kerja harus disesuaikan dengan manusia dan bukan manusia yang harus menyesuaikan diri dengan faktor kerjanya (1).
Dalam industri, teknik perancangan tempat kerja sangat penting dalam menunjang jalannya suatu industri. Perencanaan tempat kerja harus memenuhi standar mutu, kenyamanan, dan keamanan bagi pekerja atau operator. Antropometri merupakan salah satu aspek penting untuk merancang sebuah industri karena terdiri dari keterangan-keterangan mengenai kondisi fisik pekerja. Dengan adanya antropometri dapat dibuat tempat kerja yang sesuai dengan bentuk badan agar tidak tegang dan terdapat keleluasaan pekerja bergerak secara alami.
Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari tentang dimensi tubuh operator. Antropometri berhubungan erat dengan ergonomi karena kondisi kerja yang ergonomis dapat dicapai dengan menggunakan data antropometri. Dengan desain sistem kerja yang ergonomis dapat dipastikan sistem kerja akan menjadi lebih efektif dan efisien. Perancangan peralatan dan perancangan tata letak yang sesuai dengan tata letak antropometri pekerja dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Antropometri
Antropometri dari bahasa Yunani antroporoc yang berarti manusia dan asfasd yang berarti mengukur, secara literal berarti “pengukuran manusia”, dalam antropologi fisik merujuk pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia. Kini antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal.
Data antropometri diperlukan agar rancangan produk bisa sesuai dengan orang yang mengoperasikannya. Ukuran tubuh pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual. Namun dengan demikian persoalan akan muncul apabila situasi berubah jika lebih banyak produk standar yang harus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang sehingga sulit untuk menentukan ukuran individu yang akan dipilih sebagai acuan untuk mewakili populasi yang ada mengingat ukuran individu bervariasi dalam suatu populasi. Permasalahan tersebut dapat teratasi jika merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan mudah digunakan




Faktor Manusia
Istilah faktor manusia (human factor) adalah hal yang lebih luas yang mencakup hubungan biomedical dan psikososial pada masyarakat dalam sistem. Hal ini tidak hanya mencakup human engineering, tetapi juga meliputi daya tahan hidup, seleksi, dan pelatihan personel, peralatan pelatihan, penampilan kerja, pengukuran, dan evaluasi (3)
Mc Cormish dalam Bernes (1980) (4) melakukan pendekatan faktor manusia di dalam dua bagian. Pendekatan pertama adalah fokus utama faktor manusia berhubungan dengan pertimbangan faktor manusia dalam desain benda dan fasilitas yang dibuat manusia, salah satu hal dalam faktor manusia yang penting untuk diperhatikan dalam proses desain benda atau fasilitas lainnya adalah antropometri.

Sistem Kerja
Sistem kerja sebagai kumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan melalui berbagai bentuk interaksi dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama . Sistem terbentuk atas susunan sebagai berikut :
1. Elemen merupakan bagian operasi sistem yang terdiri atas masukan, proses, dan keluaran.
2. Atribut merupakan sifat dari elemen sistem yang terdiri dari sifat input, proses, atau output.
3. Hubungan adalah keterkaitan antara elemen dengan atribut sistem.
Sistem kerja merupakan kumpulan elemen-elemen suatu sistem yang berasal dari luar diri pekerja, sangat mempengaruhi kerja dan hasil kerja manusia. Cakupan sistem kerja ini cukup luas meliputi: keseluruhan proses produksi dan lingkungan sekelilingnya 

Studi Gerakan
Studi gerakan adalah suatu studi untuk menganalisis gerakan-gerakan yang dilakukan oleh para pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau dihilangkan saja sehingga akan diperoleh penghematan dalam waktu kerja yang dapat pula menghemat pemakaian fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan tersebut.
Prinsip ergonomis gerakan, faktor manusia, dan pekerjaannya sangat penting untuk dipelajari karena yang diinginkan oleh prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah kenyamanan dalam bekerja tetapi dalam produktivitas yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mempelajari kemampuan dan keterbatasan-keterbatasan manusia dalam bekerja. Menurut Nurmiantoro dkk (2003) (6), prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Prinsip ergonomis gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakan -gerakannya saja.
2. Prinsip ergonomis gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat kerja.
3. Prinsip ergonomis gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan.

Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan, sistem kerja, dan lingkungan yang produktif, aman, nyaman dan efektif bagi manusia. Ergonomi merupakan cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat manusia, kemampuan manusia dan keterbatasannya untuk merancang suatu sistem kerja yang baik agar tujuan dapat dicapai dengan efektif, aman, dan nyaman (7).
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan adanya pengetahuan tentang kesesuaian, kepresisian, keselamatan, keamanan, dan kenyamanan manusia dalam menggunakan hasil produk desain yang kemudian dikembangkan dalam penyelidikan di bidang ergonomis. Penyelidikan ergonomis dibedakan menjadi :
1. Penyelidikan tentang tampilan/display
Penyelidikan pada suatu perangkat (interface) yang menyajikan informasi tentang lingkungan dan mengkomunikasikannya pada manusia antara lain dalam bentuk tanda-tanda, angka, dan lambang.
2. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan perancangan tempat kerja yang sesuai dengan ukuran atau dimensi tubuh manusia.

METODOLOGI PENELITIAN

Obyek penelitian
Obyek yang diukur adalah pekerja staf tata usaha yang bekerja di sekretariat DIII Agroindustri. Staf tata usaha yang diukur, satu orang berjenis kelamin laki laki dengan umur sekitar 25 tahun dan dua orang berjenis kelamin perempuan umur sekitar 23 tahun.

Alat yang Digunakan
Percobaan penelitian ini dilakukan di laboratorium Sistem Produksi Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran antropometri antara lain adalah untuk mengukur panjang tangan, panjang siku, lebar bahu dan ketebalan dada dengan menggunakan penggaris, meteran, dan alat pengukur ketebalan dada yang berskala centimeter.

Metode Pelaksanaan
Study ini dimulai dengan mengukur data antropometri pekerja yang bersangkutan meliputi panjang tangan, lebar bahu, tebal dada dengan menggunakan alat ukur anthropometer. Data yang diperoleh divisualisasikan kedalam sebuah tabel sebagai data awal. Selanjutnya menghitung rata- rata dari data baik panjang tangan, panjang siku, tebal dada dari data yang sudah ada. Standar deviasi dari masing masing bagian yang diukur, dihitung dan kemudian menghitung persentil 5% dari masing masing bagian. Persentil 5 digunakan untuk menunjukkan batas bawah desain agar hanya 5% dari populasi yang tidak mampu menjangkau letak peralatan secara ergonomis. Ukuran ini digunakan untuk mengakomodir individu ekstrim yang berukuran tubuh minimum.
Langkah selanjutnya mengidentifikasi peralatan kerja di atas meja kerja pekerja, dan mengukur dimensi alat-alat yang digunakan. Dalam desain tata letak awal ini akan diplotkan area kerja normal dan area kerja maksimal pekerja, untuk menilai keergonomisan kerja pekerja. Setelah dilakukan analisis, selanjutnya akan dirancang desain tata letak peralatan kerja yang sesuai dengan data anthropometri pekerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Data antropometri pekerja kantor diperlukan sebagai dasar dalam menentukan dimensi meja kerja. Data antropometri pekerja yang dilakukan pengukuran untuk perancangan meja kantor adalah jangkauan tangan maksimal, panjang siku- ujung jari, lebar bahu, tebal dada. Data tersebut kemudian dihitung rata-rata dari masing-masing dimensi antropometri. Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan aplikasi data antropometri, tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang tidak terdapat pada data statis. Dalam perancangan areal atau stasiun kerja dalam industri, ada beberapa aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan antara lain sikap dan posisi kerja.
Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman ini, pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal seperti mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan sikap dan posisi membungkuk atau menyamping dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu yang lama. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal. Pekerja tidak seharusnya duduk pada saat bekerja dalam waktu yang lama dengan kepala, leher, punggung berada dalam sikap atau posisi miring. Pekerja tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode waktu yang lama dengan posisi kerja yang tidak ergonomis.
Persyaratan ergonomis mensyaratkan agar peralatan kerja dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang menggunakannya khusus yang menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh 2 hal pokok yaitu situasi fisik atau situasi kerja yang ada. Meskipun pekerja yang sehat sudah diseleksi secara ketat dan diharapkan akan mampu beradaptasi dangan situasi dan kondisi lingkungan fisik kerja yang bervariasi dalam hal temperatur, kelembaban, getaran, kebisingan dan lain sebagainya, akan tetapi stress akibat kondisi lingkungan fisik kerja akan terus berakumulasi. Perancangan sistem kerja harus memperhatikan prosedur-prosedur untuk mengekonomisasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja.

Table 1. Data Antrophometri Pekerja
No.
Dimensi Anthropometri
Pekerja TU
Xrata-rata
A
C

1.
Jangkauan tangan maksimal
71
70
82
74,33333
2.
Panjang Siku - Ujung Jari
45
43,2
47
45,06667
3.
Lebar Bahu
35
36,5
40
37,16667
4.
Tebal Dada
19,5
17,5
16,1
17,7
Keterangan : A dan B : pekerja tata usaha wanita

C : pekerja tata usaha pria
Tabel 1 merupakan data antropometri staf tata usaha D III Agorindustri. Hal lain yang harus diperhatikan adalah kelelahan dan kebosanan. Kelelahan diartikan dengan menurunnya efisiensi dan berkurangnya kekuatan untuk bertahan melakukan pekerjaannya. Beberapa tipe kelelahan yang mungkin terjadi adalah lebih disebabkan oleh ketegangan fisik di semua organ, kerja mental lewat satu sisi dari fungsi yang menjemukan. Kerja yang monoton atau karena kerja yang menjemukan dan jumlah faktor yang terus menerus membuat lelah.
Data yang diperoleh dirata-ratakan karena diharapkan akan didapatkan desain rancangan yang dapat digunakan secara umum. Jangkauan tangan maksimal digunakan untuk menentukan jarak maksimal letak objek kerja. Dengan demikian pekerja kantor dapat mencapainya dengan mudah. Panjang siku- ujung jari digunakan untuk menentukan daerah normal atau daerah kerja untuk pekerja. Lebar bahu digunakan untuk menentukan titik dari jangkauan tangan dan daerah normal. Tebal dada digunakan untuk mengetahui jarak antara meja dengan tubuh manusia. Setelah data antropometri diperoleh selanjutnya ditentukan standar deviasi untuk setiap dimensi antropometri. Simpangan baku atau deviasi standar adalah ukuran sebaran statistik yang paling lazim. Standar deviasi atau SD dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
dengan;

SD = Standar Deviasi
n = Jumlah sampel
Description: image004= Data dimensi yang diukur
x = Rata- rata

Dari rumus tersebut didapat data perhitungan standar deviasi. Data standar deviasi tersebut (Tabel 2) selanjutnya digunakan dalam perhitungan persentil.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Standar Deviasi
No.
Dimensi Anthropometri
(Description: image004- x)²
SD
1.
Jangkauan tangan maksimal
88.66667
6.658328
2.
Panjang Siku - Ujung Jari
7.226667
1,900877
3.
Lebar Bahu
13.16667
2,565801
4.
Tebal Dada
5.84
1,708801

Perhitungan persentil sangat erat kaitannya dengan desain tata letak. Dengan adanya persentil dapat ditentukan jangkauan dalam menjangkau peralatan yang terletak pada meja yang digunakan pekerja untuk melakukan aktivitasnya. Persentil yang akan digunakan adalah persentil 5 yang akan menentukan jangkauan pekerja yang memiliki ukuran dari ukuran rata- rata sehingga dapat menjangkau daerah tersebut. Persentil dilambangkan dengan C, digunakan untuk menunjukkan batas desain agar dapat nyaman untuk bekerja melakukan aktivitasnya. Persentil adalah nilai yang membagi gugus data yang telah tersortir (ascending) menjadi 100 bagian yang sama besar. Persentil dihitung dengan menggunakan rumus (2). Tabel 3 menunjukkan data perhitungan persentil.
C1 = 5 = x - 1,64 SD (2)
dengan;
x = Rata- rata
SD = Standar deviasi

Tabel 3. Data Perhitungan Persentil 5
Dimensi Anthropometri
Jangkauan tangan maksimal
Panjang Siku - Uju ng Jari
Lebar Bahu
Tebal Dada
persentil 5
63,4137
41,9492
32,9588
14,8976

Pemilihan persentil 5 diharapkan semua dimensi antropometri yang diukur dapat menjangkau ukuran yang dapat dikatakan ekstrim kecil. Dari data perhitungan persentil tersebut kemudian dapat melakukan perancangan tata letak dengan berbagai alat penunjang seperti terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Bahan
No.
Alat
Lebar
Lebar 1 : 10
Panjang
Panjang 1 : 10
1.
Meja
50
5
150
15
2.
Monitor
35
3,5
37.5
3,75
3.
CPU
18
1,8
43
4,3
4.
Keyboard
16
1,6
46
4,6
5.
Area Mouse
19
1,9
23
2,3
6.
Printer
20
2
36
3,6
7.
Speaker
8
0,8
9
0,9
8.
Tempat Pensil
8
0,8
9
0,9
9.
Tumpukan buku
18
1,8
26
2,6
10.
Tumpukan kertas
25
2,5
36
3,6
Dari perhitungan tersebut kemudian dilakukan perancangan desain tata letak peralatan dengan membandingkan antara bekerja dengan menggunakan komputer dan menggunakan manual. Perbedaan antara kedua desain tersebut adalah penyusunan peralatan yang dianggap paling prioritas digunakan. Setelah mengkaji ulang permasalahan tersebut ternyata staf tata usaha di program Diploma Agroindustri lebih sering menggunakan komputer sehingga desain tata letak menggunakan komputer (Gambar 3) lebih mempunyai efektifitas tinggi dari pada desain untuk bekerja dengan manual/menulis (Gambar 4).
Dimensi-dimensi fungsional diperoleh dengan cara pengukuran langsung dari pada data statis. Misalnya, gerakan menjangkau, mengambil sesuatu, mengoperasikan suatu alat adalah suatu hal yang sukar untuk didefinisikan.
a. Daerah kerja horizontal
Daerah normal ditandai dengan lengan bawah yang berputar pada bidang horizontal dengan siku tetap, sedangkan daerah maksimum ditandai dengan lengan di rentangkan keluar dan diputar sekitar bahu.
b. Ketinggian permukaan kerja dari atas lantai
Ada dua macam dasar untuk menentukan ketinggian permukaan kerja :
1. meja yang tepat untuk bekerja sambil duduk
2. meja yang disesuaikan hanya untuk pekerjaan sambil duduk.
Gambar 3. Tata Letak Peralatan Meja Kerja Untuk Pekerjaan Komputer
Pada Gambar 4 terlihat garis lengkung kecil dan besar yang menunjukkan area kerja normal dan maksimal pekerja. Area kerja normal merupakan area kerja yang digunakan untuk bekerja, sehingga seluruh peralatan kerja utama harus ada dalam area ini seperti keyboard, mouse, permukaan layar monitor. Sedangkan untuk peralatan penunjang yang tidak utama, dimasukkan dalam area kerja maksimal, seperti CPU, printer, speaker, tumpukan kertas. Dalam area ini, tangan cukup untuk menjangkau saja. Berbeda dengan pekerjaan menggunakan komputer, untuk bekerja secara manual (menulis), peralatan yang diperlukan dalam area kerja normal adalah buku, tumpukan kertas, dan tempat pensil. Peralatan yang lain merupakan peralatan penunjang sehingga diletakkan dalam area kerja maksimal (Gambar 3).
Gambar 4. Tata Letak Peralatan Meja Kerja Untuk Pekerjaan Menulis
Peralatan kerja penunjang berbeda-beda untuk setiap jenis pekerjaan dan setiap pekerja. Untuk itu hasil rancangan yang diperoleh sangat spesifik untuk pekerja staf tata usaha D III Agroindustri. Akan tetapi dimensi area kerja normal dan maksimal yang digambarkan dengan garis lengkung di Gambar 3 dan 4 dapat digunakan secara umum untuk seluruh pekerja yang data antropometrinya sesuai. Jika disadari bahwa perancangan suatu produk juga dilakukan oleh manusia, maka perancangan sistem manusia-mesin juga tidak lepas dari faktor-faktor manusia karena sebagian dari kesalahan-kesalahan kerja yang terjadi disebabkan oleh rancangan produk yang tidak mempunyai kompatibilitas dengan manusia yang menanganinya. Karena itu seorang perancang produk mempunyai peran besar dalam mengurangi risiko bahaya akibat kesalahan kerja.
Memang kesalahan adalah manusiawi, tetapi penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa kesalahan manusia banyak disebabkan kesalahan rancangan produk. Ini menunjukkan bahwa kesalahan manusia berawal pada perancangannya yang ‘tidak manusiawi’ dan berakibat pada tahap pemakaiannya sebagaimana juga pada perawatannya. Mengingat perancangan tata letak peralatan sangat berhubungan dengan kenyamanan, dan tingkat kebosanan, maka diharapkan dengan menggunakan desain tata letak yang sesuai, kenyamanan kerja dapat dicapai dan kebosanan dapat ditekan. S istem kerja dengan memperhatikan postur kerja dan metode kerja yang baik dapat menekan terjadinya kelelahan dan kebosanan pada diri pekerja.

KESIMPULAN
Telah diperoleh dua desain tata letak peralatan kerja yang ergonomis bagi staf tata usaha di program D III Agroindustri, yaitu desain untuk bekerja menggunakan komputer dan manual untuk menulis. Desain yang diterapkan sebaiknya disesuaikan dengan tugas utama pekerja.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Sutalaksana, IZ. Ruhana A. dan John, H.T. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Jurusan Teknik Industri ITB; 1979.
(2) Pheasant,S.T. Antropometri Ergonomics and Design. London : Thylor and Francis; 1988.
(3) Huchingson, R. Dale.New Horizons for Human Factor in Design. Mc Graw Hill Inc USA; 1981
(4) Barnes, R.M. Motion and Times Study. John Willey and Sons, Singapore; 1980
(5) Madyana, A.M. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi. Yogyakarta : Fakultas Teknik Industri , Universitas Atmajaya Yogyakarta; 1996.
(6) Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama. Jakarta : Guna Widya; 2003.
(7) Sastrowinoto. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergnomi. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindom; 1985.